Kamis, Januari 09, 2020

Cerita Lari saya, ingat masa kecil

Hobby saya lari saat ini, tak lepas dari kisah kecil dulu. Saya masuk SD tahun 1982, untuk Rutenya bisa dicek disini: https://www.endomondo.com/routes/1448488980 . Saat ini baru sadar, dulu waktu SD tiap hari jalan kaki 3,5 KM dari senin sampai dengan Sabtu. Suatu kebiasaan yang secara tidak sengaja membantu fisik saya saat itu menjadi terlatih dan bonusnya badan bisa lebih sehat. Waktu SMP kebiasaan jalan kaki berlanjut, cuma ini jaraknya PP sekitar 1 KM saja, karena letaknya Rumah Budhe (dimana saya tinggal waktu SMP) cukup dekat. Waktu SMA kebiasaan jalan kaki ini masih berlanjut juga, jarak kos-kosan saya dengan SMA kurang lebih PP 1,5 KM. 

Waktu SMA pernah jalan kaki dari Rumah ortu di Pragak Parang ke sarangan dengan jarak sekitar 25 KM. Pengalaman yang tak kan terlupakan. Berangat habis isyak, sampai sarangan sudah masuk waktu subuh. jalan pelan2, sering berhenti, karena banyak temannya jadi gak begitu terasa capeknya. Waktu itu sekitar tahun 80 an masih banyak yang jalan kaki ke sarangan setiap malam 1 Suro. Sekarang sudah hampir tidak ada, semenjak sepeda motor memebuhi jalanan. Selain ke sarangan, jaman SMA juga pernah ikut Lomba Lintas alam, dari Sekolah ke Telaga Ngebel dengan Jarak sekitar 35 KM.

Masih di jaman SMA, pernah terpilih jadi pelari pembawa obor PON Jatim tahun 1995. Iseng2 aja ikut seleksi untuk ikut jadi pembawa Obor PON Jatim tahun 1995. masih ingat betul, tesnya di stadion Batoro katong. Tesnya standart kayak masuk tentara, dikasih waktu 12 menit mampu menyelesaikan berapa putaran. Dan alhamdulillah lolos bersama teman2 lainya yang kebanyakan yang terdaftar di Ekskull Bela Diri Jujitsu. 

Waktu kuliah, aktivitas jalan kaki dan lari hampir tidak ada. Waktu kuliah waktu habis untuk kuliah dan touring. yang tak terlupakan adalah touring ke Bali dari Malang 8 orang satu kontrakan. Ceria lucunya, semua uang dikumpulkan jadi 1, dan kelihatannya kurang jadi sampai menggadaikan Tape Compo dan mesin ketik biar cukup buat bensin dan makan, untuk nginap bisa tidur di mana saja, bisa di Masjid, POM bensin atau kantor Polisi. dan benar, Touring ke Bali ini yang sangat berkesan, nyetir gantian. Cukup terbantu dengan adanya Bulik saya di denpasar, selama 2 hari bisa tidur dan makan gratis. makasih Bulik Narmi...

Cerita berlanjut ke aktivitas mendaki, September 2017 kami ber 6 berangkat ke Ranu Kumbolo, semuanya pemula, tidak ada persiapan yang matang, perlengkapan mendaki kami sewa semua. Dan Alhamdulillah, ternyata sampai juga kami ber 6 Ke Ranukumbolo Semeru. Tentu dengan banyak cerita, tapi dari sini adalah titik dimana saat ini saya suka Trail Run. Setelah Ranukumbolo ini aktivitas mendaki saya tidak kapok, justru malah semakin penasaran ingin menggapai puncak2 gunung di jatim, antara lain Penanggungan, Arjuno, Welirang, Lawu, Lintas Arjuno dan Welirang.

Berjalannya waktu, ada komplain dari anak dan kekawatiran Istri terkait aktivitas mendaki ini yang mengharuskan menginap di gunung bisa sampai 3 hari atau 4 hari. Dimana selama digunung sinyal tidak ada, wajar jika anak istri kawatir. Nah berawal dari sini mulai menekuni lari. Sebenarnya event lari pertama saya yaitu di tahun 2016 ikut 10K dengan persiapan minim akhirnya Virgin 10K saya bisa Finish 82 menit.  Dan aktivitas lari saya mulai rutin lagi sejak Lebaran 2019 kemarin. Dimana sehabis lebaran berat Badan turun ke 71 KG yg sebelumnya 74 KG. Dan sejak saat itulah mulai rutin berlari. Jadwal lari saya yaitu Easy Run tiap Selasa dan Kamis, Sabtu Longrun. 

Setelah bisa latihan Rutin Lari, badan terasa lebih sehat, sudah jarang sakit Flu atau susah tidur. Saat ini sudah bisa menyelesaikan Virgin Half maraton 21 KM Road dan Virgin Half marathon Trail Run. Tahun 2020 ini semoga bisa menyelesaikan Full Marathon 42 KM Road.

Kedepan akan tetap fokus di lari, dengan basic road run untuk bisa trail run. Jadi sekarang jika mendaki gunung sudah tidak membawa keril lagi, dari pos perijinan langsung puncak dan balik lagi. Sementara berlatih di gunung dibawah 3.000 mdpl dulu. Trail Run yang sudah di 2019 yaitu Gunung Pundak, Gunung Panderman, Gunung Buthak.

Gunung Buthak 2868 mdpl

Gunung Pundak 1585 mdpl



Rabu, Juli 17, 2019

Pendakian ke #7 Ajak Anak Istri Ke Penanggungan via Tamiadjeng

Sebelum Ajaran Baru 2019/2020 dimulai, saya sempatkan mengajak anak dan istri untuk mendaki ke Gunung Penanggungan. Letaknya yang cukup dekat dari Rumah adalah alasan utama kami mendaki ke sini. Stelah persiapan logistik dan perlengkapan dirasa cukup, kami berempat berangkat dari rumah sekitar Jam 09.00 pagi menuju ke Pos perijinan Gunung penanggungan. Kurang lebih jam 11 an kami sudah sampai. Saya langsung menuju pos perijinan untuk mengurus tiket masuk. Anak-anak dan istri saya minta untuk pesan makanan dan minuman sambil persiapan sholat Dhuhur sekalian. Perlu dicatat, disini tidak ada sumber air, jadi saya harus bawa 6 botol air mineral 1,5 literan untuk kebutuhan kami berempat selama 2 hari ini.

Tepat jam 12.00 siang, kami berempat langsung mulai jalan dari Pos perijinan menuju Pos 2. Medanya masih datar. tak berapa lama sampailah kami di Pos 2. Disini ada warung yang buka hampir tiap hari. Disini bisa menmbeli perbekalan jika dirasa belum cukup. Lanjut ke Pos 3. Medan dari pos 2 ke pos 3 sudah mulai ada tanjakan, tapi masih enak, berupa tanah dan ada tatakan trap-trapan semacam tangga beraturan yang dibuat oleh pengelola. Anak dan istri belum begitu mengeluh sesampainya pos 3. nah mulai Pos 3 menuju ke Pos 4 medan sudah mulai curam. Disini istri mulai merasa capek, sehingga tas daypacknya pun akhirnya saya bawa untuk mempercepat pegerakan Istri. Klo anak-anak malah jalannya cepat sambil gurauan mereka berdua, praktis saya hanya ngikuti jalan istri yang sudah kelihatan capeknya. Jaln pelan lalu istirahat, begitu terus sampai akhirnya sampai ke Pos 4. Disini kami cukup lama istirahatnya, kami makan cemilan coklat dan minum secukupnya. Dirasa tenaga sudah pulih kembali, kami berempat lanjut ke Puncak banyangan. Dari Pos 4 ke puncak bayangan medanya cukup berat, sudah tidak ada lagi trap-trapan yang dibuat oleh pengelola, kami jalan sesuai jalur air. karena musim kemarau, maka jalanya berdebu, maka jangan lupa bawa masker atau buff untuk lebih amannya. Disini anak saya pertama yang membantu adiknya, sedang saya membantu istri yang sudah kelihatan sangat capek. Setelah tertatih-tatih dan saling membantu, akhirnya sampailah kami berempat di puncak bayangan. Total dari Pos perijinan ke Puncak bayangan kami tempuh dalam waktu 4 Jam. 

Kami istrirahat sambil mencari tempat yang cocok, sudah banyak tenda yang berdiri sewaktu kami sampai disini, adalah 10an tenda. karena waktu sudah menjelang mahgrib, saya segeramendirikan tenda dibantu istri dan anak-anak. Disini saya membawa 2 tenda kapasitas 2 orang dengan saya dirikan berhadapan dan kemudian saya tutup dengan Flysheet ukuran 3m x 4m. Setelah tenda siap, kami masuk ke tenda, bersih2 tubuh dengan tisu basah dan saya masak air untuk bikin minuman hangat. untuk makan kami tidak bingung karena kami bungkus nasi dari bawah, jadi gak usah repot-repot masak nasi.  Malam kami lalui dengan suara tenda lain yang sangat berisik. ada yang karaoke, ada yag main gitar, ada yg nyetel mp3 sangat keras, jadi sudah tidak seperti di gunung lagi. Ini bisa jadi masukan buat pengelola, harusnya dilarang pendaki yang membawa gitar, dan ada petugas yang mengontrol di Puncak bayangan agar tidak ada yang membunyikan Mp3 sesuka hatinya. Untuk anak saya bisa tidur setelah komplain gak bisa tidur akibat "brebeken".

Sekitar jam 4 pagi saya bangun dan langsung masak air untuk bikin minuman hangat. Kami memang tidak mengejar Sunrice, jadi kami masih nyantai sewaktu pendaki lain sibuk siap-siap untuk summit atack menuju puncak Pawitra. Saya sengaja membiarkan anak-anak dan istri tidur pulas, biar bangun sendiri. Akhirnya sekitar jam 5 pagi semua sudah bangun. Setelah tayamum dan sholat, kami berempat keluar tenda sambil membawa coklat hangat di gelas. kami duduk diatas batu deket tenda sambil menikmati pemandangan indah dan udara pagi yang segar. Disinilah nikmatnya naik gunung.

Setelah sarapan, kami mulai berangkat muncak sekitar jam 7 an. Medan nya cukup berat. Bebatuan dan campur tanah berdebu. Setelah sekitar 30 menitan berjalan, istri saya kelihatan sangat kelelahan, maka saya menyarankan istri untuk kembali ke tenda, karena untuk kepuncak masih cukup jauh dan berat, untuk alasan keselamatan, akhirnya istri menuruti untuk kembali dan menunggu kami bertiga lanjut ke puncak. Disni saya melihat sendiri, anak-anak begitu gesit melewati setiap tanjakan. Gak nampak rasa lelah sedikitpun, mungkin organ tubuh mereka masih sangat bagus dan kondisi badan dalam keadaan fit. Sekitar 1,5 jaman kami bertiga sampai puncak. Sesampai puncak, Anak saya yg kedua masih penasaran sama puncak kedua di samping puncak pawitra, akhirnya saya temenin dia untuk ke puncak  satunya, dalam hati saya kok gak ada capeknya anak ini. Mbaknya gak mau ikut, dia asyik berfoto ria. Butuh waktu sekitar 10 menitan untuk menuju puncak satunya. Pas balik ke puncak awal, saya ajak untuk sedikit memutar biar sekalian mengetahui kondisi puncak dan akhirnya ketemu anak saya pertama ditempat semula.

Dipuncak kami bertiga menghabiskan waktu 1 jaman. Puas banget naka-anak menikmati pemandangan sambil kita makan dan minum bekal kami.  

Senin, November 12, 2018

Trail Run Pertama #SMITrailrun2018



Diajak Bro Indra, ada trail Run di Gresik. Tak lihat kalender 11 November 2018 tidak ada acara, jadi saya sambut baik ajakan bro Indra dengan senang hati, lagi pula ingin merasakan sensasi lari di bekas penambangan Smen Gresik, jadi penasaran juga medannya seperti apa. Tidak ada latihan khusus, karena pemberitahuannya mendadak dan 2 minggu sebelumnya baru turun dari Welirang, jadi dianggap persiapan ikut yang waktu mau ke Welirang. Sehari sebelumnya cek perlengkapan sepatu, kaos kaki, celana, dan tak lupa ambil Race pack di kantor PWI Jatim karena bro indra sering ngantor di sana. Minggu jam 02.00 dini hari sudah bangun, membuat minuman energen hangat, dan sekalian makan nasi, biarpun perut tidak begitu mau menerima, tapi demi ngisi tenaga maka akhirnya mau juga perut untuk menerima suapan sendok demi sendok. Biar seger mandi air hangat dulu, tepat jam 03.00 langsung meluncur dengan motor ke gresik. Sekitar jam 04.00 sudah sampai Pom bensin depan stadion Joko Samodro, istirahat, sholat. Sekitar jam 04.30 langsung menuju area start Trail run. Sampai lokasi masih sepi, yang ada hanya panitia yang menyiapkan perlengkapan acara.
Foto dulu mumpung masih sepi yang datang
Pelan-pelan peserta sudah mulai berdatangan, terutama yang kelas 21K, saya ikut yang 10K. Untuk melemaskan otot-otot saya coba peregangan dan lari-lari kecil sambil nunggu rekan Leo dan Indra. Tak lama Mas Leo ngabari jika sudah sampai lokasi, janjian di depan toilet biar gampang. Untuk memudahkan selama lari tak lupa nitip racepack di penitipan. Sekitar jam 05.00 MC naik panggung, cupa-cuap untuk peserta ikut pemanasan senam aerobik. Pemanasan sekitar 15 menit, peserta yg 21K diminta menuju garis start, lalu mas leo menuju garis start, dan yang 10K nanti start jam 06.00. Dalam trail run kali ini tidak ada target apa-apa, hanya berusaha menikmati setiap langkah saja, sambil melihat sikon kaki dan nafas. Jika sekiranya aman ya lari jika dirasa harus jalan ya jalan, minimal bisa finish di bawah COT 9cut off time. jam 06.00 bendera start kelas 10K dikibarkan. Para peserta yang niat langsung wuzzz lari kencang dari pertama, sekejab sudah gak kelihatan rombongan yg lari cepat di tikungan. Saya berusaha lari kecil dulu. Tak lihat kebelakang banyak banget para peserta yang satu persatu mulai menyalip saya. saya tidak mengapa dan tidak peduli seberapa banyak peserta yang menyalip saya. Saya hanya fokus dengan diri saya sendiri, saya terus lari kecil hingga KM1, lalu jalan cepat lari lagi jalan lagi lari lagi seperti itu terus sampai KM3. 
Medan Favorit saya, naik dan turun tanjakan
Mulai KM 3, peserta diarahkan naik ke Bukit. Disinilah saya gantian bisa menyalip banyak peserta. Karena medan naik turun tanjakan seperti ini cukup familiar bagi saya yang hobby naik gunung. 

Area Hidrasi ada Isotonik dan Air, bisa nambah juga

Lumayan ada Buah nya juga, pisang dan semangka
Setelah Hidrasi ke 2 ini sudah masuk KM 5, lumayan sudah setengah perjalanan. Medan masih naik turun. dan masuk KM 6 medan sudah datar, disini saya disalip Pak Agung Corporate Secretary Semen Indonesia yang tadi mengibarkan bendera start, ternyata beliaunya ikut lari juga.
Medan sudah mulai datar
Jalurnya Hijau
Setelah melewati medan datar, lalu masuklah KM 7 dimana jalurnya berupa jalan makadam. Masih sama di KM8, di sini ada Area Hidrasi lagi. 
Tambah semangat kurang 2 KM lagi

Masuk KM9 kembali ke area Pabrik semen Gresik lagi, disini mencoba lari terus. Yang unik ada air pancuran yang disemprotkan dari Truk Pemadam Kebakaran Semen gresik, serasa hujan, karena mulai KM7 jalurnya dipapar Matahari, sehingga panas dan sulap. 




 


Rabu, November 07, 2018

Pendakian #5 Pertama kali Double Summit Puncak Arjuno dan Welirang


KORPALAS Team

Pendakian #5 ini adalah yang paling berat, karena harus menggapai dua puncak sekaligus yaitu Puncak Arjuno 3.339 mdpl dan puncak welirang 3.165 mdpl dalam satu rangkaian pendakian. Tentunya persiapan fisik dan mental harus lebih dari pendakian biasanya yang hanya satu puncak. Peserta pendakian kali ini adalah Trio lulusan Lawu yaitu saya, Pak Yori dan Pak Priyadi. Sangat disayangkan Pak Nanang tidak bisa ikut karena alasan pekerjaan. Kami bertiga sepakat menentukan waktu berangkat 12-14 April 2018. Pak Yori yang spesialis merencanakan waktu dan estimasi pendakian. Yaitu kita akan naik arjuno dulu baru ke Welirang dengan pertimbangan Arjuno medan lebih berat dan lebih panjang jalurnya.

Keril 60 L Consina Bering dengan Boneka Anak Saya
untuk memotivasi kembali kerumah dengan selamat
Dan......waktu berangkat sudah tiba, sebelum berangkat melakukan check list ulang perlengkapan dan logistik. Setelah dipastikan lengkap semua, Cuuzzz  berangkat dari Perum Jaya regency Sedati Sidoarjo Hari Kamis Tanggal 12 April 2018 Jam 04.00 wib dengan naik Motor kami Masing2. Sampai di Pos Perijinan Tretes jam 05.00. Datang langsung Parkir Motor dan ganti Baju dan celana Lapangan. Saya kebagian tugas membeli tiket masuk Rp. 5000/org dan Parkir Motor Rp. 5.000,-/Motor/hari. Tak lupa untuk mengisi perut sarapan nasi campur dulu di warung depan Pos Perijinan Tretes. Tepat pukul 06.00 mulailah jalan menuju Pos Pet Bocor. Jalan dari pos perijinan ke pet bocor sangat rimbun, jadi udara pagi itu terasa sejuk. Pelan-pelan tubuh sudah terasa hangat. Kurang lebih 30 menit sampailah kami ke Pos Pet Bocor. Istirahat sebentar dan lanjut Jalan lagi, sebenarnya habis Pet Bocor ada 1 Lagi yaitu Pos Penarikan Tiket Masuk  TAHURA (Taman Hutan Raya) Raden Soerjo. Karena sampai sini sekitar jam 6.30 jadi masih Tutup, info dari Ibu penjaga Warung bukanya jam 08.00. Dipendakian sebelumnya, Pos Tahura ini saya bayar tiket Rp. 10.000,-/orang/hari plus asuransi Rp. 2.500,-/org.

Medan menuju Pos Kopkopan adalah jalan makadam berbatu dengan lebar 3 meteran. Tanjakan masih biasa, ada dataran belok kiri naik lagi belok kanan naik lagi begitu terus sampai pos Kopkopan. Untuk Normal bisa ditempuh 3 jam sampai 4 jam dari Pos Perijinan. kami sampai Pos Kopkopan sekitar jam 12.00. kami langsung menuju pancuran air yang ada di Kopkopan ini, cuci muka, tangan, kaki dan membasahi rambut biar segar. Istirahat cukup lama disini sekitar 1 jam. Untuk melemaskan otot kaki kami oleskan Hot Cream. Jam 13 kami lanjut jalan lagi menuju Pos Pondokan. Medan dari Pos Kopkopan menuju pondokan bisa dibilang berat. Tanjakan curam dengan batuan tidak ada habisnya. Disinilah fisik dan mental benar2 teruji. maka sebaiknya bagi yang baru pertama kali kesini, berangkat sore dari perijinan lalu malamnya ngecamp semalam di Kopkopan baru besuknya lanjut ke Pondokan, itu akan lebih baik. Latihan naik turun kursi cukup membantu untuk melatih jantung, otot paha atas dan betis. Ritme jalan juga perlu diatur, tidak baik jalan cepat dan tidak baik juga kelamaan berhenti. Metode yang pas adalah, jalan pelan dengan langkah kecil dan berhenti hanya secukupnya untuk minum atau makan cemilan coklat dan madu sangat disarankan.
Sumber Air di Kopkopan
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup berat, sampailah kami dipondokan jam 18.30. Yang pertama dilakukan adalah mengganti baju basah dengan baju kering dan memakai jaket, karena baju basah bisa membuat masuk angin dan jaket bisa membuat badan hangat. Suhu jam 18.30 sudah mulai dingin di Pondokan. Kami berbagi tugas, ada yang masak air buat bikin minuman hangat dan ada yang mendirikan tenda. Malam itu awalnya hanya 2 tenda di Pos Pondokan, kami dan ada dari Malang. malamnya baru datang lagi 1. Selesai Masak dan makan malam, kami pun merebahkan diri, mencoba untuk langsung tidur. dan sepertinya pak Yori yang tidurnya paling gampang, saya dan Pak Pri hanya tidur ayam. Tidur sebentar bangun lagi dan begitu terus sampai jam menunjukkan pukul 04.00.

#Pendakian Arjuno 13 April 2018
Kami siap2 untuk jalan menuju puncak arjuno. Kami membawa minum, cemilan, mantel, dan head lamp. Semua bisa masuk di Tutup tas keril Consina Bering 60 L, badab Keril dan isi lainnya tetap berada di tenda. Kami berangkat ber lima, karena rombongan yang datang malam2 ternyata juga mau naik ke arjuno, namanya Mas Danan dan istrinya dari Surabaya.
Pagi di Pondokan
Kami mulai meninggalkan Pondokan sekitar jam 06.00 pagi, sengaja sudah terang karena jalur ke Arjuno sangat sulit dan hanya jalan setapak. Beda dengan jalur ke Welirang yang cukup lebar dan lebih dekat. jalur ke ke lembah kidang berupa jalur setapak dengan kanan kiri semak2 dan rumput ilalang setinggi. jalur ke arjuno ini jika daro Pondokan arahnya ke kiri, jika ke welirang lurus mengikuti jalan bebatuan. Kurang lebih 15 menitan kami sampai Lembah kidang 1. Disini ada sekitar 4 tenda, kami sengaja ngecamp di pondokan, karena besuknya kami masih harus naik ke puncak welirang. Pendakian ke Arjuno kali ini adalah pendakian saya yang ke 2, sehingga masih lumayan ingat jalurnya. Setelah dari Lembah Kidang 1 kami lanjut ke Lembah Kidang 2, disini terlihat penampakan yang sangat indah, hamparan savana yang hijau dan masih perawan.
Lembah Kidang
Lepas dari Lembah kidang jalurnya banyak dataran dan sudah mulai menanjak, berupa tanah dan sebagian berbatu. Kurang lebih dua jaman, sampailah di watu gede.
Watu Gede
Dari watu gede ini kita melewati tanjakan yang cukup curam dan panjang, sebagian besar treknya tanah, banyak sekali pohon pinus sehingga kita bisa pegangan ke akarnya. Orang menyebut jalur ini adalah alas lali jiwo (Hutan Lupa jiwa). Kami bertiga sepakat untuk saling menjaga jarak untuk tidak terlalu jauh satu sama lain, dan tetap fokus agar fikiran tidak kosong. banyak mitos yang berkembang, jika fikiran kosong maka kita akan tersesat dibawa ke alam ghoib. Sekitar 3 jaman sampailah di Pasar dieng. yaitu dataran terbuka yang berada di punggungan. Disini terdapat tugu perbatasan malang dan Pasuruan serta ada makam atau petilasan para pendaki yang meninggal Dunia di Arjuno. Tumbuhan hanya sebatas tumbuhan perdu. Jadi kita bisa leluasa memnadang puncak Ogal-agil dan kepulan asap puncak welirang sangat terlihat jelas dari sini. 
Makam atau petilasan Bisa menjadi pengingat bahwa
kita semua  akan menghadap kepada Alloh SWT

Tugu penanda perbatasan Malang dan Pasuruan di Pasar Dieng
Puncak Ogal-agil arjuno tinggal sedikit lagi, tinggal jalan lurus dan turun lalu naik lagi kita sudah sampai Puncak Arjuno 3.339 mdpl. Akhirnya setelah jalan sekitar 6 jam dari Pondokan, kami sampai di Puncak Arjuno.
dari Kiri Pak Yori, Pak Priyadi dan Saya
Bersyukur bisa sampai puncak dengan selamat
Cukup mengambil foto dan menikmati pemandangan, sekitar jam 13. kami langsung turun menuju pondokan. Pas sampai di pasar dieng, hujan rintik mulai turun, dan suara geluduk seakan menyuruh kami untuk segera turun dari puncak. Kami pakai mantel yang sudah kami siapkan. Mulai dari sinilah pengalaman dan petualangan luar biasa terjadi. Lepas dari Pasar dieng, yaitu di Alas lali Jiwo kami diterpa Hujan deras disertai suara Petir yang menggelegar. Untungnya angin tidak bertiup kencang seperti di lawu. Suasana hampir sama dengan di lawu. Bedanya di Lawu Hujan lebat disertai angin, di sini Hujan lebat disertai petir.  Sama-sama mencekam, tapi tetap kami berusaha fokus, tenang dan selalu berdoa. Disinilah saya merasa begitu dekat dengan Alloh SWT, karena hanya kepada Nya lah kami minta pertolongan dalam situasi yang seperti ini. Kami bertiga tetap berusaha tenang dan saling menjaga jarak untuk tidak terpisah dari rombongan. Air pelan-pelan mulai mengalir di jalan yang kami lewati. Karena kebanyakan jalan yang kami lewati adalah jalan air. kami bertiga terus berjalan dengan Guyuran hujan lebat. Disepanjang perjalanan jika ada kilat lap gitu, secara reflek kami bertiga langsung merunduk di bawah pohon. Karena setelah ada kilatan pasti disusul suara petir "Duaaarrrr". karena kecepatan cahaya lebih cepat dari pada kecepatan Suara. (Ingat Ilmu fisika jaman SMP dulu). Begitu terus berkali-kali. Air semakin deras,  dibeberapa bagian bahkan ketinggian air sudah sampai lutut. Jadi sepatu dan celana basah semua sudah tidak kami hiraukan. yang ada hanya fokus terus berjalan dan berdoa semoga hujan dan petir lekas reda. Sampai watu gede hujan sudah mulai reda, tapi petir masin terus menyambar di samping kami, depan dan belakang kami. Benar-benar situasi yang belum pernah saya alami sebelumnya. Sempat teringat korban pendaki yang meninggal disambar petir di area watu gede. Disitu saya berdoa terus kepada Alloh untuk diberi keselamatan kami semua sehingga selamat sampai pondokan. Terus berjalan akhirnya sampai Lembah kidang, disini hujan dan petir sudah reda. kami sempatkan isi botol air dulu sehingga sampai pondokan langsung bisa bikin minuman hangat. tak lama di Lembah kidang kami langsung menuju pondokan, dan syukur alhamdulillah akhirnya kami bertiga sampai pondokan dengan selamat sekitar jam 16.00 atau sekitar 3 jam dari puncak Arjuno. Disini kami disambut oleh mas Danan dan istri dengan STMJ hangat. kami sangat berterima kasih kepada mas Danan dan istrinya. Jadi belum sempat ganti baju dan celana kami langsung berbagi dulu minuman STMJ dari mas Danang. Kami langsung gantian ganti baju dan celana basah dengan Baju kering, lanjut masak air dan bikin makan malam. dan begitulah, malam itu kami langsung rebahan berusaha tidur sambil mengenang perjalanan tadi siang yang luar biasa, tidak akan terlupakan seumur hidup.Alas lali jiwo Arjuno memang bukan kisah isapan jempol semata, memang benar adanya. Sangat beruntung kami bertiga masih di tolong oleh Alloh SWT. Inilah pelajaran yang sangat luar biasa yang mebuat kami akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan kami sang maha pengasih maha penyayang.

***

#Lanjut Pendakian Welirang 14 April 2018
Saya masih dengan kesulitan tidur nyenyak di gunung, akhirnya kami mulai bangun jam 04.00, kami langsung menyiapkan makan pagi dan minuman untuk persiapan menuju puncak welirang. Bersyukur cuaca pagi itu sangat cerah. Setelah semua bekal dan perlengkapan siap, kami jam 06.00 mulai jalan ke puncak welirang. Jalur ke welirang dari Pondokan sangat jelas, karena merupakan jalur penambang yang membawa Belerang dari atas ke Pondokan untuk selanjutnya dibawa ke Tretes dengan menggunakan Jeep. Awal-awal jalurnya masih cukup enak, jalur tanah ada tanjakan dan ada dataran. Lepas itu jalurnya nanjak terus berbatu sampai Taman Dewa. 
Jalur ke Welirang
Taman dewa adalah dataran cukup luas, jika kekiri adalah jalur ke kembar 1 dan ke kembar 2 (yang ini saya sangat penasaran, semoga suata saat bisa ke Kembar 1 dan Kembar2) dan lurus adalah jalur ke Puncak Welirang. 
di Taman Dewa
Istirahat sebentar, lanjut jalan lagi. Medanya datar dan kanan kiri banyak ditumbuhi pohon cantigi. Nanti akan ada persimpangan yang kiri ke jalur kawah penambang belerang, dan yang lurus ke arah puncak Welirang. dari sini puncak welirang sudah dekat, tinggal satu tanjakan lagi dan dataran lalu nanjak sedikit maka sampailah kami di Puncak Welirang 3.156 mdpl. Kurang lebih kami 3 jam dari Pondokan  sampai ke puncak Welirang.



Bersyukur sampai puncak dengan selamat

Kerjasama dan kekompakan Team adalah yang utama

   Sudah Cukup mengambil foto dan menikmati pemandangan, kami bersiap untuk kembali ke Pondokan. Sekitar dua jam kami sampai di pondokan lagi. Istirahat membuat makan siang, bongkar tenda, jam 13.00 kami bersiap untuk kembali ke Kopkopan. Jalan dari Pondokan ke kopkopan masih relatif aman, cuma kaki sudah terasa capek.Sekitar 2 jam atau jam 15.00 kami sampai Kopkopan. Disini kami istirahat sekitar 1 jam untuk memulihkan tenaga.Untung warung di kopkopan buka, sehingga kami bisa pesan Teh Panas dan makan cemilan kami yang tersisa. jam 16.00 kami lanjut jalan menuju Pos Perijinan. Disinilah kaki saya sudah terasa capek. Ditambah batunya banyak yang terlepas, tidak seperti jalur pondokan ke kopkopan yang batunya relatif masih kenceng tidak terlepas dari tempatnya, inilah yang membuat pijakan kadang meleset, untungnya tidak sampai terkilir. karena stamina kami juga sudah habis, jadi kami berjalan pelan-pelan dengan sisa tenaga yang ada. karena ini adalah double summit pertama bagi kami bertiga. Kurang lebih 3 Jam kami sampai juga di Pos perijinan. Gak pakai lama kami langsung ambil motor diparkiran dan perjalanan menuju Rumah. sampai Masjid Cheng ho Pandaan kami berhenti untuk makan soto dan teh hangat dulu untuk memulihkan stamina. Dan begitulah pemirsa......pendakian 3 hari kali ini adalah luar biasa, banyak suka dukanya. Kuncinya adalah team yang solid dalam pendakian, saling menekan ego, saling membantu dan  yang paling utama adalah kembali kerumah bersama team dengan selamat. Terima kasih sudah membaca, tunggu kisah pendakian selanjutnya.

***






Pendakian #4 Warung dipuncak Gunung Lawu


Pendakian lawu adalah pendakian ke 4 saya, karena sebelum ke Lawu ini saya bersama Relasi kantor berjumlah 10 orang mendaki ke Gunung Arjuno. Untuk pendakian Arjuno bisa dilihat di Link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=gIbILiLzOhQ . Saya lahir di Magetan, jadi sebenarnya dari kecil sudah sering melihat puncak Gunung Lawu dari tempat saya tinggal. Tapi entah kenapa dari kecil sampai lulus kuliah pun belum kepikiran sama sekali untuk mendaki Gunung Lawu. Tapi Alhamdulillah akhirnya kesempatan itu tiba pada tanggal 16-17 Februari 2018 kemarin. 

Singkat cerita disertai hujan gerimis Kami berangkat dari Rumah sedati Sidoarjo berempat Tanggal 15 Februari 2018 sekitar jam 21.00. Team kami terdiri 4 orang yaitu saya, Pak Priyadi, Pak Yori dan Pak Nanang. Menggunakan sebuah mobil kami langsung cuzz meninggalkan Sidoarjo menuju rumah Ibu saya di Parang Magetan. Target awal kami sampai Rumah Ibu saya sekitar jam 01.00 dini hari, tapi ternyata kondisi jalan sangat padat. Lepas dari Tol berakan sampai madiun kami merambat, alhasil sampai kota madiun sekitar jam 04.00 pagi. kami makan pecel dulu sebelum lanjut kerumah Ibu saya. Sampai rumah ibu sekitar jam 06.00 pagi, kami rebahan sebentar mandi dan repacking ulang. Sekitar jam 07.00 kami langsung berangkat ke Pos Cemoro sewu tanpa tidur semalam. jadi kondisi badan masih terasa ngantuk dan capek. Sampai Pos cemoro sewu sekitar jam 08.00, beli tiket kami langsung mulai berjalan. 

Tak lama berjalan kami sampai di Pos 1. Istirahat bentar lanjut ke Pos 2, dan lanjut ke pos 3. nah pas di pos 3 ini hujan lebat turun, akhirnya kami membuka tenda rencana untuk istirahat sambil lihat sikon seperti apa. Belu selesai pasang tenda, hujan reda dan cuaca kembali membaik, akhirnya kami seoakat untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar 30 menitan berjalan dari Pos 3, hujan lebat disertai angin menerpa kami berempat, karena sudah kepalang tanggung kami sepakat terus berjalan dengan harapan segera sampai di pos 4 dan bisa berteduh. Setelah berjuang keras kami akhirnya sampai di Pos 4. Lah dalah....kami kira Pos 4 itu ada bangunan yang bisa buat berteduh, ternyata tidak ada bangunannya hanya ada Tulisan Pos 4, maka dengan terpaksa kami lanjut menuju pos 5. Disinilah suasana mulai mencekam. Masih diguyur hujan lebat disertai angin kencang, kami berjalan tertatih-tatih menuju pos 5. Tangan saya sudah mati rasa, mau mengambil madu di dalam sakupun sudah tidak bisa meraba. Fisik sudah lemas. Tapi kami harus terus berjalan biar tidak kena Hipotermia. Disaat kami berjalan dengan sisa sisa tenaga, terdengar suara teriakan pak pri yang memberi kabar bahwa sudah sampai pos 5 dan menemukan warung. Lega rasanya, sempat membayangkan bagaimana jika tidak ada warung di Pos 5 Gunung lawu, karena sangat sulit mendirikan tenda dalam kondisi hujan lebat disertai angin kencang. 

Sekitar jam 17.00 kami langsung masuk warung dan mengganti baju basah dengan baju kering serta langsung memesan Teh panas dan Ambil pisang goreng, inilah pendakian paling Nikmat, dipuncak Gunung bisa pesan teh dan Makan Pisang Goreng......Rindu ingin kembali kesini....habis itu kami pesan Nasi Soto plus minum Milo panas...wuihhh mantab mak Nyusss.....Bersyukur banget ada Warung di Puncak Gunung lawu ini. Singkat cerita malam itu kami lewatkan di dalam Warung yang hangat dan disinilah saya bisa tidur. Biarpun tengah malam sempat terjaga karena hujan dan angin tidak berhenti sama sekali. Hujan baru benar2 berhenti sekitar pukul 7 pagi. Kami pun langsung menuju puncak dengan hanya membawa minuman dan cemilan secukupnya. Kurang lebih 45 menit kami sudah sampai puncak hargo dumilah. rasa syukur yang tak terhinggak kami panjatkan kepada Alloh SWT karena bisa sampai puncak dengan selamat. Setelah cukup foto2 dan menikmati pemandangan, kami turun lagi menuju warung. Pesen soto dan teh panas, kemas2 langsung turun ke Parkiran. Untuk proses turun relatif lancar, karena cuaca sangat cerah. Tidak mengira jika malamnya ada hujan lebat disertai angin. Kami sampai bawah dengan selamat dan langsung menuju rumah Ibu saya lagi untuk istirahat. Lega rasanya bisa mandi air hangat dan tidur di Rumah Ibu saya.jam 01.00 kami bangun dan harus berangkat ke Sidoarjo. Alhamdulillah, pendakian Lawu banyak memberikan pengalaman yang luar biasa. terima kasih Ya Alloh.

Pendakian #2 Merangkak di Penanggungan 1.653 mdpl via tamiajeng



Setelah dua bulan dari pendakian ke Semeru, kami bertujuh mendaki ke Gunung Penanggungan 1.653 mdpl via Tamiajeng Mojokerto. Kali ini masih dengan personil kami 7 orang , hampir sama dengan semeru hanya Ragil digantikan oleh Pak Bagus dan ketambahan Pak Yori. Karena ketinggian Penanggungan yang hanya 1.653 mdpl, maka kami sepakat untuk tidak ngecamp jadi istilahnya Tektok. Hanya membawa tas Daypack, semua logistik dan perlengkapan bisa masuk. Pengalaman dari Semeru, logistik saya hitung bener, makanan ini dimakan disini, jika terasa kelebihan maka saya kurangi. Lebih banyak membawa makanan yg bisa cepat jadi energi, misal madu dan coklat. Intinya pendakian kali ini lebih siap baik secara fisik, mental, logistik dan perlengkapan.

Tanggal 3 November 2017 Jam 22.00 Wib Habis acara Terbangan kami berangkat sekitar jam 22.00 dengan membawa 2 mobil, kami langsung meluncur ke Pos Perijinan Tami ajeng. Sampai sana sekitar 23.30. Tidak pakai lama, kami langsung beres2 dan tidak lupa makan soto dulu di warung dekat pos perijinan. Dan langsung Cuzz menuju Puncak bayangan. Dan seperti yang sudah diperkirakan, perjalanan sampai puncak bayangan relatif lancar, kami bertujuh sampai setelah jalan 4 Jam. sampai sekitar pukul 03.30. Istirahat sebentar langsung summit attack ke puncak. Dan Alhamdulillah sampai puncak masih bisa melihat Sunrise. Dipuncak penanggungan inilah kami bisa melihat dengan jelas betapa gagahnya puncak Arjuno dan Welirang. Dalam hati saat itu, ingin sekali suatu saat menggapai puncak Arjuno dan Welirang.  (Dan Alhamdulillah doa saya terkabul bisa ke Puncak Arjuno dan Puncak Welirang). Tak lama di puncak Pawitra, kami langsung turun ke bawah. Pendakian kali ini terbilang lancar dan sukses. Makasih kepada para sahabat semuanya yang bisa menemani ke Penanggungan kala itu. 

Selasa, November 06, 2018

Pendakian #1 Semeru, Malam Pertama saya Mendaki


      
Ini adalah pendakian pertama saya yang menjadi titik awal, mengapa saya akhirnya suka mendaki. Sulit menjelaskannya jika belum pernah mengalaminya sendiri. Ada banyak hal kenapa akhirnya saya suka mendaki, dan yang paling utama adalah, di setiap pendakian akan memberikan pelajaran yang sangat berharga yang akhirnya akan membuat saya lebih baik. Bisa lebih dekat dengan Alloh SWT. Selain itu banyak sekali manfaat dari mendaki. Pengen tahu......maka Jawabannya adalah ...."Mendakilah".

Kembali ke pendakian, Pendakian #1 ini terdiri dari  6 Orang yaitu, Pak Zulham, Pak Nanang, Pak Priyadi, Pak Hendra, Ragil (adik Ipar pak Hendra), pak Yori dan saya sendiri. Hari kamis sekitar jam 20.00 Tanggal 20 September 2017, kami berenam berangkat dengan naik motor masing2 ke Rumah Pak Zulham di Malang. Kami menginap semalam dan paginya langsung berangkat ke Ranupane. Perjalanan ke Ranupane ditemani kakak kandung Pak Zulham yaitu Ibu Yun, karena Ibu Yun ini punya basecamp di ranupane sehingga kami berenam bisa istirahat dulu sebelum melakukan pendakian. Di bulan September 2017 waktu itu belum diberlakukan wajib booking online dan mulai 1 Oktober 2017 baru dimulai booking online. Jadi waktu itu kita bisa langsung daftar saat itu juga, tentunya setelah membaca syarat2nya di website http://bromotenggersemeru.org/ .

 Singkat cerita sekitar jam 10.00 kami berenam mulai berjalan dari Pos Ranu Pane. Karena ini adalah pendakian pertama bagi kami dan minim sekali persiapan fisik serta amburadulnya logistik, maka baru jalan sekitar 1 KM kami semua sudah merasa ngos-ngosan. Saya sendiri merasa beban yang saya bawa terlalu berat. Waktu itu membawa keril 80 L plus Kelebihan 10 L lagi karena target saya sama ragil waktu itu sampai kalimati, bisa dibayangkan betapa beratnya dengan persiapan fisik yang minim hahahahaha. Tapi pelan-pelan saya mulai menemukan ritme jalan. Teman-teman saya minta jalan duluan. saya berfikir, jika saya ikut ritme teman2 saya yang kewalahan, maka saya berusaha jalan dengan ritme saya sendiri, toh jalur ke Rakum sangat jelas dan tidak kawatir tersesat. Dan akhirnya kami lepas dari Pos 3 Matahari masih kelihatan sekitar jam 16an . Tak lama kami bisa melihat air Ranu Kumbolo, rasa capek seketika hilang. kami pacu jalan sampai Pos terakhir sebelum Ranukumbolo Matahari belum terbenam. lalu kami foto-foto. Dan habis itu matahari terbenam dan secepat kilat suhunya terasa sangat dingin. Kami berenam jadi kaget dan panik. Berusaha nyari jaket yang tebel dan akhirnya membongkar Tas. Karena jaket tebal berada di posisi paling bawah bersama sleeping bag. Setelah memakai jaket tebal kondisi tubuh lumayan hangat.Taklupa kami memakai Headlamp. Setelah itu kami berusaha membuat minuman hangat. Karena cuaca sudah gelap dan dingin, kami kesulitan nyalain kompor. Tak lama kemudian, lewatlah rombongan entah dari mana, kayaknya sudah berpengalaman ke semeru, mereka menyarankan ke kami untuk terus jalan ke Ranukumbolo dan segera mendirikan tenda, setelah itu baru bisa masak2 dan bikin minum lalu istirahat katanya. Berhubung kami pemula semua, maka menuruti aja apa kata rombongan tersebut, maka kami langsung menuju Ranu Kumbolo yang hanya 30 menit lagi sudah sampai.

Sesampainya di rakum, kami berbagi. Ada yang mendirikan tenda dan ada yang masak air. Setelah dua tenda berdiri, kami langsung masuk ke dalam tenda sambil minum energen hangat. Salahnya saya waktu itu, saya keluar tenda lagi sambil makan dan menghabiskan minum. Saya fikir kondisi tubuih saya sudah aman. Dan ternyata tak lama diluar tenda, saya langsung menggigil kedinginan, langsung masuk tenda dan rebahan memakai sleeping bag. Pas tengah malam saya masih merasa dingin seperti masuk angin, langsung ingat ternyata saya belum ganti kaos yang saya pakai buat jalan tadi, jadinya masih basah sehingga membikin badan tambah dingin. lalu segera ganti kaos dan minta tolong pak zulham untuk olesin minyak kayu putih di punggung. Badan agak mendingan, sudah bisa kentut jadi agak lega. Malam itu terasa sangat panjang. kami satu tenda berempat  yaitu saya, pak Zulham, pak pri dan pak nanang sedangkan pak Hendra dan Ragil berada di tenda satunya. Malam itu benar-benar malam yang sangat mencekam, bagaimana tidak. Udara sangat dingin, angin bertiup sangat kencang, dan ditambah suara pohon2 diterpa angin yang menimbulkan suara mengerikan. Karena belum pernah mengalami suasana seperti ini sebelumnya, maka bagi saya ini adalah sangat mencekam. Yang bisa dilakukan hanya berdoa kepada Alloh SWT semoga diberi keselamatan buat kami semua. Malam itu saya merasa sangat dekat dengan Alloh SWT, belum pernah sedekat ini sebelumnya. Malam itu terasa bahwa begitu mudahnya Alloh jika mau mencabut nyawa umatnya. Dari sinilah saya pribadi merasakan, jika posisi manusia sudah tidak ada yang bisa menolong, maka hanya Alloh lah yang bisa menolong kita.

Dan Alhamdulillah, akhirnya kami bisa melewati malam itu, waktu menunjukkan jam 04.00 pagi, suhu diluar sudah tidak begitu dingin, pelan2 kami semuai mulai berani keluar tenda dan di suguhi pemandangan yang luarbiasa. Air Ranu Kumbolo seakan mengeluarkan kabut. Sambil membuat minuman hangat kami berenam menceritakan kisah masing2, ada yang tidur nyenyak dan ada yang gak bisa tidur terutama saya dan pak pri. Habis bikin minuman hangat dan makan camilan, kami berenam foto2 dan menikmati pemandangan. Ada banyak tenda disekitar kami. Banyak yang datang pas dinihari. Sebenarnya tempat mendirikan tenda yang dibawah tanjakan cinta perlu jalan lagi sekitar 30 menitan dari tempat tenda kami berenam, dikarenakan kondisi kami yang sudah capek maka ditempat inilah kami mendirikan tenda.

Puas foto2 dan menikmati pemandangan sekitar tenda, kami jalan menuju tanjakan cinta. dari sana bisa melihat oro2 ombo dan puncak mahameru. Dalam hati saya, kapan2 ingin mendaki ke semeru, jika Alloh mengijinkan, maka waktu itu akan tiba. Tak lama kami kembali ke tenda lagi, masak berkemas dan turun lagi.

Pendakian pertama inilah yang memberikan pengalaman yang luar biasa, ibarat pengantin, ya inilah yang disebut Malam Pertama saya untuk Mendaki.

Pelajaran yang bisa dipetik dari pendakian pertama ini:
- Perlengkapan mendaki harus lengkap dan standart karena berhubungan dengan nyawa
- Manajemen Logistik harus baik, tidak kurang dan tidak berlebihan.
- Logistik Bersama harus dibagi rata kepada semua anggota team, biar sama2 ringan 
Powered By Blogger